Setelah kejadian itu berlalu, kamipun hidup dan beraktifitas seperti hari - hari sebelumnya, tapi meskipun begitu rasanya sudah beda dan tidak lagi sebebas kala itu. Mau begini dan begitu serba dipikir, takut salah dan menyakiti perasaan orang lain dan kami sudah tidak peduli lagi dengan perasaan kami.
Dan disuatu hari kejadian itu terulang lagi, si tuan rumah lagi - lagi tidak bertegur sapa dengan kami dan kamipun membiarkan hal tersebut mereka lakukan pada kami, kami berusaha untuk positif thinking.
Tapi kali ini lebih lama dari kejadian sebelumnya, kami pun mulai gelisah dan berpikir jika ini semua pasti ada kaitannya sama kami. Ingin bertanya tapi takut salah, dibiarkan tidak akan menyelesaikan masalah,dilema memang. Sebenarnya kami hanya ingin mereka yang lebih duluan menegur kalau memang kami punya salah, karena sebenarnya kami tidak merasa berbuat salah sama mereka. Tapi apa yang kami harapkan itu tidak juga datang, kami akan memulai bertanya dulu dan menyelesaikan tidak ada nyali, bukannya takut tapi kami khawatir tindakan kami salah dan memancing emosi mereka, juga kami tidak tahu apa salah kami.
Sesekali kami minta tolong ma tetangga sebelah untuk menanyakan dan cari tahu apa penyebab semua ini, entah ditanyakan atau tidak kami ga tahu n ga bergitu berharap banyak sih, tapi yang saya dapet dari dia ketika aku tanya " katanya tidak ada masalah apa - apa ". Kalau memang tidak ada masalah kenapa seperti ini ???? dan kami yakin jelas ada yang tidak beres dan disembunyikan dari kami untuk masalah ini.
Tapi alhamdulillah, kegelisahan istriku sedikit berkurang ketika ada tetangga depan rumah minta tolong istriku untuk menjahitkan mainan kecil atau gantungan kunci dari flanel yang sekaligus ilmu bagi kami. Sejak itu kami mulai belajar dan menekuni kerajinan membuat aneka kreasi dari kain flanel seperti gantungan kunci, gantungan HP, jepit rambut, bando dan bantal. Setiap hari,malam dan waktu libur kerja kami habiskan untuk menghasilkan sebuah karya yang kami harap bisa menghasilkan uang, dan alhamdulillah ternyata berharga dan dapat dijual.
Hingga suatu hari terjadilah pertengkaran kecil "menurut aku" yang disebabkan hal sepele dan dari sinilah semuanya terungkap, mulanya istriku melihat si tuan rumah mau melakukan sesuatu, biasanya kalau mereka butuh bantuan selalu minta tolong ke istriku yang memang tinggal serumah tapi sejak saat itu tidak lagi, si tuan rumah selalu minta tolong ke tetangga sebelah.
Kemudian istriku nekat bertanya " kenapa kok tidak minta tolong ma dirinya, padahal ada dia dirumah ".
Tapi jawabanny sangat tidak enak,tidak pantas didengar dan sangat menyakitkan, terjadilah percekcokan dan akhirnya mereka di lerai oleh tetangga sebelah dan didamaikan dan berakhir dengan saling memaafkan di iringi dengan tangisan dan pelukan antara istriku dan si tuan rumah. Dari situ kami tahu masalah sebenarnya apa yang menyebabkan perselisihan ini, ternyata si tuan rumah merasa difitnah dan tersinggung karena curhat kami ke tetangga sebelah. Dan bahkan kami juga dituduh telah menyebarkannya hingga ke perumahan sebelah, sesuatu yang tidak mungkin kami lakukan karena memang kami tidak pernah nyangkruk ke perumahan sebelah, jangankan ke perumahan sebelah ke tetangga dekat rumah aja sangat jarang sekali kalau memang tidak ada keperluan. Dan anehnya para tetangga malah menganggap kami juga sebagai tukang fitnah dan gosip " entahlah ". Sebenarnya tujuan kami curhat hanyalah ingin mengurangi kegelisahan hati agar sedikit tenang dan berharap ada solusi, tapi mungkin bagi mereka curhat kami adalah sebuah fitnah dan gosip murahan yang tak perlu di share ke orang lain.
Dari kejadian itu kami bisa mengambil khikmahnya antara lain tidak mudah percaya pada orang lain meskipun orang tersebut sudah baik sama kami dan menganggap kami bagian dari keluarganya, juga untuk selalu menjaga lisan dan perbuatan kami.
Sebenarnya kami akan segera hengkang dari rumah tersebut, tapi ketiadaan biaya yang membuat kami terpaksa tetap bertahan disini hingga menemukan rumah yang sesuai harapan kami " murah meriah ".
Sejak awal kami sudah tidak yakin kalau permintaan maaf si tuan rumah kala itu sebenarnya tidak tulus dan ikhlas, hal itu terlihat sekali dari prilakunya setiap kali berpapasan, jangankan sama kami yang sudah sama dewasanya , sama anak kami yang tidak tahu apa - apa juga di sangkut pautkan.
Dan praduga kami benar, suatu hari si tuan rumah ke luar kota dalam waktu yang agak lama kalau tidak salah selama seminggu, kebetulan waktu itu sebelah kiri rumah kami yang sebelumnya tak berpenghuni mulai di tempatin. Tapi mereka pindahan tidak membawa peralatan dapur yang cukup, hingga suatu hari tetangga baru itu mau pinjam dandang " sobluk dalam bhs.madura ", karena kami tidak punya akhirnya di ambilkan dandang punya si tuan rumah untuk di pinjamkan ke tetangga baru, bilangnya sih sebentar hingga dia punya sendiri. Istriku meminjamkan dandang tersebut tanpa sepengetahuan sipemilik dan cerita ke aku, tapi dia sudah niat akan bicarakan hal ini setelah si tuan rumah kembali ke rumah ini.
Ketika si tuan rumah datang istriku lupa mau bilang ke dia kalau dandangnya dipinjem tetangga baru, entah apa yang ada dipikirnya kok tidak bertanya ke kami tentang dandang tersebut dan memilih untuk bertanya ke tetangga sebelah.
Mengetahui sipemilik dandang datang, si tetangga baru itu menghampirinya yang kebetulan si tuan rumah ada di depan rumah dan bilang kalau dandangnya di pinjem ma dia. Tapi apa jawabnya mengetahui bahwa dandangnya di pinjem tetangga baru ??? sungguh - sungguh sangat tidak bisa di terima akal sehat dan buat kami tersinggung, karena sebelumnya kami sudah sepakat untuk berdamai dan saling memaafkan.
Penasaran kan apa yang di katakan si tuan rumah ???? Lihat posting kami berikutnya, OK !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tulis Komentar Anda but No Pornografi, No SARA, No Spam, No Alkohol, No Smoking, No RASIS.
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda & Keep Smile !!! :)