Kamis, 08 November 2012

Anakku Sayang #1


Akhirnya setelah penantian sembilan bulan itu tiba, tapi maju lebih awal dari perkiraan bidan yang memeriksanya.
Malam itu kebetulan dirumah kami kosong dan saudara - saudara ku juga tidak ada karena kebetulan ada dirumah adik ibuku sedang menunggu kedatangan jenazah anaknya ( alias adik sepupuku ) yang meninggal
karena kecelakaan pulang dari rumah sakit, waktu itu aku juga datang ( nggak enak kalau ga datang ) dan kutinggalkan istriku sendiri dirumah. Setelah jenazah sepupuku datang aku ikut memandikan dan aku taruh tubuhnya dipangkuanku serta kupandangi wajahnya setengah tidak percaya kalau sepupuku itu sudah tiada, karena beberapa hari sebelumnya tidak seperti biasanya dia datang kerumahku, bercanda gurau dan berkata ingin main ke rumah istriku dan saudara - saudaraku yang rumahnya kebanyakan jaraknya jauh, dan menurut pengakuan kakak ku sendiri pagi itu sebelum kecelakaan dirinya datang kerumah kakak ku ( tidak biasanya ), dia juga bilang kalau ingin main kerumah mertua kakakku yg ada di gunung, mungkin itu semua firasat tapi kami tidak menyadarinya.
Setelah urusan dirumah bulekku selesai, aku memutuskan pulang kerumah menemui istriku yang lagi sendiri, ternyata dia belum tidur karena rasa takut ditinggal sendiri dirumah dan kamipun tidur bersama malam itu.
Hampir tengah malam istriku terbangun karena tiba- tiba merasakan sakit dan janin diperutnya mulai bergerak - gerak lebih aktif tidak seperti malam - malam sebelumnya, karena sudah larut malam kami tidak bisa berbuat banyak karena rumah lagi sepi dan rumah bidan juga agak jauh.
Aku berpikir dan berkata sama istriku " jangan - jangan mau melahirkan ya nda ? "
Tapi istriku menjawab " Ga mungkin yah, kan kata bidannya dua minggu lagi "
Aku " Tapi ayah khawatir nda "
Istriku " Gapapa ntar juga ilang sendiri "
Aku " Kalau ke bidan sekarang ayah ga berani, karena jalannya gelap dan sepi "
Istriku " Ya udah nunggu besok pagi ae,nunggu langit terang "
Aku " Tapi bener gapapa kan ? Kuat nahan kan ? "
Istriku " Iya gapapa, di kuat - kuatin aja , aku juga takut kalau malam - malam naik motor ke bidan "

Akhirnya pagi menjelang dan langitpun mulai terang, kami bersiap pergi ke rumah bidan langganan kami dan aku juga sudah beri kabar ke saudaraku yang masih dirumah bulek kalau istriku kesakitan dan mau melahirkan. kamipun berangkat dan sesampainya dirumah bidan, istriku di periksa dan ternyata kata bu bidan sudah bukaan satu ( aku ga paham sebenarnya apa maksutnya,tapi itu istilahnya buat yg mau ngelahirin), kemudina kami ditawarin untuk pilih pulang atau nunggu di rumah bu bidan.
Dan istriku memilih untuk tetap menunggu dirumah bu bidan karena jarak yang tidak memungkin untuk wira - wiri lagi, kami khawatir ntar malah ngelahirin di jalan kalau kami harus pulang kerumah. Dirumah bu bidan istriku di suruh jalan - jalan kecil de depan rumahnya agar cepat sampai ke bukaan yang terakhir. Dan kemudian datanglah kakakku bersama bulekku yang lain, untuk menemani kami di rumah bidan.
Setelah matahari beranjak naik di tengah siang yang cerah, istriku merasakan sakit yang amat seakan - akan pingin "pups" tapi sebenarnya tidak dan tanda - tanda melahirkan semakin jelas.
Istriku di suruh berbaring di atas tempat yang sudah disediakan khusus untuk proses melahirkan, dan diperiksa oleh bu bidan dan kemudian dia berkata kalau bayi itu sudah siap untuk keluar.

Beberapa kali bu bidan memberikan instruksi kepada istriku untuk menarik nafas dan mengejan yang selalu di ikuti oleh istriku, aku takut karena melihat raut muka istri yg lagi kesakitan dan sesekali tersenyum karena bahagia akan punya anak, sesekali istriku bertanya ke bu bidan sudah keluar apa belum ( sempat - sempatnya ya ? atau memang ingin segera menyudahi proses kelahirin tsb ). Dari awal proses hingga akhir aku selalu menemani dan berada di sisi istriku untuk memberi support.
Setelah perjuangan istriku yang melelahkan dan mengkhawatirkan, tepat kira - kira jam 12 siang pas adzan dhuhur berkumandang, pada hari minggu tanggal 5 September 2009 atau bertepatan tanggal 15 Ramadhan, Alhamdulillah lahirlah dengan selamat bayi mungil berjenis kelamin cewek dengan bobot +- 3 kg dan Alhamdulllah istriku selamat.


Nadhira Sava Ramadhani

Kemudian aku dan kakakku pulang ke rumah untuk mempersiapkan segala sesuatunya dirumah dan mengubur ari - ari anakku, karena sore hari itu juga istriku sudah diperbolehkan pulang, sementara istriku ditemanin bulek di rumah bu bidan.
Sore harinya istriku sudah sampai dirumah di antar oleh bu bidan bersama suaminya menggunakan angkot miliknya, kebetulan suaminya juragan angkot meski cuma punya satu armada.

Bayi itu kemudian kami beri nama " Nadhira Sava Ramadhani " yang sudah kami persiapkan sebelumnya dan di ambil dari kumpulan buku nama yang kami beli di alun - alun kota, yang artinya kurang lebih " Anak perempuan istimewa dan penuh ketenangan yang lahir di bulan Ramadhan ".
Nama itu kami ambil karena disamping bagus juga istriku sangat suka dan ingin anak kita nantinya namanya mengandung kata - kata " Dhira ", dengan nama itu karena bayi kami anugerah yg sangat istimewa dari Allah dan kami berharap agar kelak dia menjadi perempuan yang sangat istimewa di mata Allah,orang tua atau siapapun, selalu tenang dan tidak urakan serta punya iman yang kuat.
Setiap pagi dan sore bu bidan itu selalu datang kerumah kami untuk memandikan dan kontrol kondisi bayi kami, dan ini berlangsung hingga tali pusar anak kami lepas, setelah itu kami urus sendiri segala sesuatunya mulai memandikan, ganti popok dan yg lainnya, tapi sesekali kami bawa dia ke bu bidan untuk memeriksakan perkembangannya.
Kami saling bergantian memandikan dhira, istriku, ortuku dan terkadang aku juga mulai memberanikan diri untuk memandikannya, sebelumnya saya takut, jangankan untuk memandikan sekedar menggendongnya pun aku takut karena bayi yg masih umur beberapa bulan tulangnya masih rawan jadi harus ekstra hati - hati.

1 komentar:

Silahkan Tulis Komentar Anda but No Pornografi, No SARA, No Spam, No Alkohol, No Smoking, No RASIS.
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda & Keep Smile !!! :)